Translate

Jumat, 14 Agustus 2015

Ketika Engkau Telah Menjadi Tua



Dan Bila Engkau Menjadi Tua

Setiap orang dilahirkan dengan kondisi yang berbeda, waktu yang berbeda dan cara yang berbeda.. kembar sekalipun punya cerita sendiri dalam kelahirannya.
Begitu juga dalam perjalanan hidup. Setiap orang punya cara tersendiri dalam melukisnya, hingga akhirnya menghasilkan suatu lukisan hidup, apakah lukisan indah atau buruk, tergantung pilihan hidupnya. Karna hidup adalah pilihan..
Saya tidak berbicara, lukisan hidup yang indah itu hanya tentang materi dan jabatan. Bukan!!
Karna ukuran kebahagiaan seseorang juga tergantung pilihan hidupnya.
Ada orang yang berbahagia dengan materi dan jabatan yang dimiliki.
Ada orang yang berbahagia karna bisa menyerahkan hidupnya untuk menolong orang lain.
Ada orang yang berbahagia ketika dia bisa menginjakkan kakinya dibeberapa negara didunia ini.
Ada orang yang berbahagia ketika dia bisa berbaur dengan alam, menyerahkan hidupnya untuk kelestarian alam.
Ada pula yang berbahagia ketika dia bisa lepas dari kehidupan pedesaan dan sekarang bisa menikmati hidup dikota.
Ada yang berbahagia karna dia hidup dikeluarga yang penuh kasih dan sukacita.
Ada yang berbahagia ketika dia memiliki teman yang banyak.
Dan ada yang berbahagia karna dia berpikir, memang harusnya bahagia..

Yang mau saya katakan, pilihan hidupmu yang membuatmu bahagia belum tentu menjadi ukuran bagi seseorang untuk membuatnya bahagia.
Berapa usia anda saat ini? Pikirkanlah apa yang bisa membuatmu bahagia dan bersukacita.
Karna bila kamu telah menjadi tua, semuanya akan tiada berarti.
Bila kemudaanmu telah berakhir, masa-masa kesusahan pun akan menanti.

Dan bila engkau telah menjadi tua,
Mari sejenak melihat keseluruh tubuhmu, amati dan ingatlah fungsinya dengan baik.
Tiba saatnya,
MATA yang menjadi jendela hidup kita, perlahan akan memudar dalam fungsinya, bahkan engkau tidak bisa lagi menggunakannnya.
TELINGA perlahan akan beristirahat dari kebisingan dunia ini, tiada lagi keributan, tiada lagi teriakan yang terdengar. Semuanya perlahan akan menjadi sunyi.
TANGAN akan semakin tidak berdaya didalam tugas dan tanggung jawabnya dalam menolongmu menyelesaikan segala pekerjaanmu.yang akhirnya membuatmu butuh tangan-tangan yang lain untuk menolongmu mengerjakan sesuatu dalam hidupmu. Bahkan untuk menyuapkan makanan, pun tangan kita akan menyerah suatu saat.
KAKImu yang terbiasa dengan kemandirian, dimana tubuhmu berdiri tegak, juga akan menyerah kepadamu. Ada kekakuan dan rasa sakit yang kita rasa, ketika kaki ini harus menopang tubuh kita.sometimes, engkau pun akan membutuhkan alat bantu untuk menopang tubuhmu.
OTAK juga perlahan akan ikut dengan kondisi yang lain. Jika dimasa muda kita, otak kita sangat aktif dalam berpikir, ingatlah semuanya juga akan ada masanya semua itu berakhir. Engkau bahkan akan lupa dengan apa yang kamu bicarakan 5 menit yang lalu. Engkau akan lupa kalau kamu sudah makan 10 menit yang lalu. Yapp.... Engkau bagaikan kehilangan arah dalam hidupmu. 


Bagaimana dengan makanan?
Bila engkau menjadi tua, banyaknya jenis makanan didunia ini akan menjadi musuh bagi kesehatan tubuhmu.
Semua yang terlihat indah, perlahan akan menjadi lawan bagi tubuh kita yang semakin kaku.
Jantung semakin lemah dalam fungsinya,
Pencernaan semakin tidak berdaya dalam mencerna makanan,
Paru-Paru juga semakin sensitif dengan udara ataupun cuaca,
Ginjalmu semakin lemah, dan juga organ lainnya.
Bila engkau menjadi tua, masa muda hanya menjadi kenangan.
Ibarat Hujan Yang Turun..
Kita akan merindukan saat kita bisa melihat tetesan hujan turun dari langit,
bisa merasakan ketika sentuhan hujan membuat tubuh kita basah,








kita bisa berlari ketika hujan tiba2 turun dari langit.

ketika tangan kita dengan sigap membuka payung untuk melindungi kita dari hujan.







Dan kita juga bisa bersyukur kepada Tuhan ketika banyak umat yang sedang menantikan hujan.
Ketika kita menjadi tua, perlahan kita tidak akan bisa melakukan semua itu lagi ketika hujan turun.



 ****Love****





Pertanyaannya,
Orangtua kita, bila engkau menjadi tua..
Apakah “aku” bisa menjadi tangan yang baru untuknya?
Ketika dia tidak lagi mampu menggunakan tangannya dengan baik.




Apakah “aku” bisa bersabar mendengar terus menerus kepadanya?
Ketika dia selalu lupa dengan apa yang dibicarakannya berulang-ulang.

 






Apakah “aku” bisa setia berbicara dengan lembut kepadanya?
Ketika pendengarannya tidak lagi baik saat kita berbicara dan dia selalu bertanya berulang-ulang.








Apakah “aku” bisa menjadi kaki bagi mereka?
Ketika dia ingin berlari dan berlari, tapi kakinya tidak lagi bersahabat.





Apakah “aku” mau bercerita tentang dunia ini?
Ketika matanya tidak lagi bisa menikmati keindahan dunia ini..






Beberapa waktu yang lalu saya mendengar cerita dari seorang yang sudah “sangat” tua tentang keluhannya dalam ketuaannya.
Si Nenek berkata: “kamu tau, sebenarnya kami orang tua ini selalu meminta kepada Tuhan biar kami segera dipanggil”
Jujur... aku sangat tersentak mendengarnya. Pikirku: “bukankah orang2 selalu berharap umur panjang dalam hidupnya?”
Dengan polos sinenek melanjutkan lagi:
“kami orang yang sudah tua juga sebenarnya mengerti kelemahan kami, yang sudah sangat merepotkan anak, menantu dan cucu kami”
Aku langsung potong kata2 si nenek dengan bertanya: “kok bisa nek?umur berapa Nenek?”
Jawabnya:”90-an,, (aku lupa 90berapa)
“iyaa.. aku sudah memiliki pendengaran yang tidak baik. Dan ketika aku berbicara dengan anak/menantu/cucuku, aku sering bertanya dan meminta mereka mengulang apa yang mereka bicarakan. Dan seketika itu pula, nenek selalu kena bentak sama mereka. Mungkin bisa jadi bukan maksud mereka untuk membentakku, tapi karna pendengaranku sudah tidak baik, mereka berbicara dengan nada suara yang kuat. Terkadang seperti membentak nenek.
Ntahlahh...” sejenak si Nenek terdiam merenung.
“wahh.. kok bisa gitu ya Nek?” aku bingung mw komen apa.
Terus dia mendekatkan wajahnya ke arahku dan berkata: “kenapa?”
Dengan suara lembut dan mulut kudekatkan ketelinganya sambil mengelus-elus pundaknya, aku berkata:
“sabar ya Nek” yap.. dengan jawaban yang berbeda.
Si Nenek kembali dengan semangatnya bercerita:
“kakiku juga uda tidak bisa berjalan dengan normal” dia terdiam
“haahhh... semua badan ini sudah penuh dengan keluhan. Kadang hanya untuk pergi ke kamar mandi Nenek harus ngesot dari kamar. Dan Anak/Menantu/ Cucuku terkadang hanya melihatku saja. Aku pun tidak menyalahkan mereka, karna memang aku sudah terlalu merepotkan” katanya dengan menghibur diri sendiri.
“ahhh Tuhan, kenapalah Engkau memberiku panjang umur” sambung si Nenek sambil elus-elus jidatnya.
Dia merasa haus dan ingin minum. Kebetulan ada Aqua gelas didepan kami. Dia mengambil Aquanya, tapi dia tidak bisa menemukan pipetnya yang jelas-jelas ada dekat Aqua yang diambil tadi. Dengan sigap, aku ambil pipetnya dan memberikan ke tangannya.
Aku??
Terdiam beribu bahasa sambil elus-elus pundak siNenek.
Nenek yang sudah sangat tua ini, sedang bercerita dengan seseorang yang sebenarnya sangat tidak dikenalnya. Karna aku pun tidak mengenalnya. Karna waktu itu saya berkunjung ke rumah saudara saya, dan dia juga kebetulan lagi datang berkunjung ke rumah itu.
Aku tidak mengerti untuk menanggapi cerita Nenek itu.
Tapi ceritanya sungguh menjadi kekuatan dan peringatan yang keras bagiku, jika kelak Orangtuaku telah menjadi tua, aku tidak akan pernah memperlakukannya seperti itu. Bahkan kelak, ketika aku menjadi seorang menantu, aku juga tidak akan memperlakukan mertuaku seperti itu..
Aku menangis dalam hati, teringat orangtuaku saat itu.. aku berdoa dalam hati: kiranya Tuhan memberikan panjang umur bagi mereka, sehingga suatu saat dimasa tuanya, aku punya kesempatan untuk merawatnya dengan semua kekuatan yang kumiliki. :’(

Aku merenung:
“bukankah orangtua kita juga pernah muda seperti kita?”
Kenapa terkadang kita harus memandang sebelah mata ketika mereka tidak memiliki kepintaran dan kekuatan seperti kita yang masih muda ini?
Apakah kita selalu bersabar mengajari orangtua kita ketika mereka masih GapTek? Ketika mereka tidak mengerti menggunakan internet atau HP?
Masih sediakah kita menjelaskan teknologi canggih ini ketika mereka selalu menanyakan hal yang sama?
Atau pernah kah kamu berkata: “sudahlah, ini sudah jamannya anak muda, orangtua pasti tidak bisa mengerti lagi”
Haii anak muda, apakah engkau sebagai seorang anak, menantu atau cucu... ingatlah!!!
Engkau tidak lebih pintar dari mereka,
Engkau tidak lebih hebat dari mereka,
Engkau tidak lebih kuat dari mereka..
Dunia yang mereka hadapi jauh lebih keras dari dunia yang kita hadapi sekarang ini?
Nenek, Kakek kita?
Mereka sudah menikmati hidup dalam peperangan. So.. jangan merasa lebih kuat dan hebat dari mereka hanya karna kamu lebih ahli dengan teknologi dari mereka.
Orang tua kita?
Mereka jauh lebih pintar dari kita, ntah mereka sebagai orang hebat atau hanya seorang Nelayan/Petani, mereka sudah berhasil membesarkan kita dengan sempurna hingga menjadi seperti sekarang ini.

Dan Bila Engkau Menjadi Tua,
Engkau pun akan merasakan hal yang sama, karna dunia nantinya akan berbeda dengan kehidupan yang kita jalani sekarang ini.
Hei.. kita orang pintar, bila engkau menjadi tua. Engkau pun akan dipandang bodoh sama anak cucumu kelak.
Hei.. orang kuat dan hebat, bila engkau menjadi tua. Engkau pun akan minta tolong juga sama anak cucumu kelak.

Mari merenungkan kembali...
Dan berbahagialah dengan pilihanmu dimasa mudamu!!
Dan jangan lupakan masa tuamu kelak.


 Tulisan spesial kupersembahkan untuk orangtuaku R.Panjaitan & D.Simanungkalit