Translate

Jumat, 21 Oktober 2011

Mengapa kita berdoa?

Orang bijak yang sedang bergumul dalam doa bertanya: “mengapa kita berdoa?”
 Apakah tujuan utama doa hanyalah untuk mendapatkan segala sesuatu dari Allah?
Alkitab meyakinkan bahwa Allah mendengar doa kita dan sebagai tanggapanNya Dia memberi apa yang kita butuhkan. Tetapi, benarkah itu alasan utama Yesus mengajar kita berdoa?
George MacDonal menyodorkan dasar pemikiran tentang doa berikut ini:
“apa yang akan terjadi jika Allah tahu bahwa doa adalah sesuatu yang paling kita butuhkan? Apa yang akan terjadi jika tujuan utama dari Doa Bapa Kami adalah menyediakan kebutuhan kita yang tiada berakhir akan Tuhan?....  Rasa lapar dapat menggiring anak yang hilang untuk pulang ke rumah. Barangkali ia dapat segera dapat makan, tetapi ia lebih membutuhkan orangtuanya daripada hidangan makan malam. Doa adalah awal persekutuan tersebut, awal komunikasi dengan Allah, suatu kebersamaan dengan Allah yang merupakan tujuan tunggal doa, dan awal dari kehidupan doa itu sendiri.
Kita harus meminta supaya mendapatkan. Namun apa yang menurut kita seharusnya kita terima, misalnya sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup, sebenarnya bukan cara Allah untuk membuat kita berdoa. Allah dapat memberi kita segala sesuatu tanpa adanya doa kita. Namun agar anak-anakNya sujud kehadiratNya, Allah menahan pemberian itu supaya kita datang meminta.
Allah ingin agar kita datang kepadaNya. Dia menginginkan persekutuan dengan kita. Tujuan doa-Nya itu bukan untuk membuat kita duduk dan meminta. Dia ingin kita mengenal-Nya. Doa adalah cara yang dipakaiNya  untuk menyempurnakan tujuanNya.
Takkala berdoa, kerap kali konsentrasi kita tertuju pada hadiah (berkat) ditangan Allah dan mengabaikan tangan Allah itu sendiri. Kita berdoa dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh pekerjaan baru atau untuk pemulihan kesehatan. Ketika kita mendapatkan berkat itu, kita sangat senang. Namun, selanjutnya kita hanya sedikit berhubungan dengan Allah. Jika kita hanya mengejar uang logam itu, berarti tangan Allah hanya melayani kita pada saat membayar sewa, menyembuhkan penyakit, atau menolong melewati masa krisis. Setelah segala kebutuhan tersebut terpenuhi, Tangan itu sendiri kecil artinya bagi kita.
Pada saat Allah dengan anugerahNya memberikan berkat bagi anak-anakNya, Dia menawarkan sesuatu yang lebih dari itu. Dia menawarkan diriNya sendiri. Mereka yang sangat cukup puas hanya dengan pernak pernik hiasan indah ditangan Allah akan kehilangan berkat terbaik dari doa, yakni berkat untuk berkomunikasi erat dengan Allah semesta alam ini.

By Haddon W. Robinson

Rabu, 12 Oktober 2011

HASIAN

Hasian, pajonok ma tuson
asa boi, hutiop ho gomos
tangihon ma dison
dipusu pusukon
sada soara namandok
nahuhaholongi ho

Hasian, paeleng jo tu au
asa boi hutatap bohimi
lambok jala nanget
hugalmit hurummi

laos husipponon ku ma
na huhaholongi ho

Dok ma tu au, na olo ho di au
Dok ma tu au, holong roham di au
Dok ma hatop, hatop dok ma tu au
Asa tibu, au ro mangalap ho


http://www.mediafire.com/?yjmumtsnfhd

Selasa, 04 Oktober 2011

boleh juga.. :-)

Masihkah mungkin??

Aku mengenal dan dekat denganmu waktu aku masih kelas 1 SMA dan kamu kelas 3. Hal paling menyenangkan bagiku saat aku bisa menjadi teman baikmu waktu itu. Ada keistimewaan tersendiri ketika aku menghabiskan waktu denganmu dan bisa tertawa, yang selalu kita rasakan kalo da ketemu. Dibarengi juga dengan tingkah lakumu yang selalu ngerjain dan jahil *lucuan. Sangat nyaman rasanya kalo aku da bersamamu. Aku jg bingung kenapa bisa seperti itu.. terkadang jg aku merasa minder menjadi temanmu <tau diri, bila melihat perbedaan diantara kita. Kamu orangnya pintar dan cakep, ‘en saya? Dan kurasa, idaman banyak wanita lain. Aku juga yakin bila waktu itu kamu punya pacar, walaupun kamu ga pernah mengakui dan menceritakannya ke aku. Karna hanya ada cerita tentang aku dan kamu, kalo kita lagi bersama. Dan mungkin sampe sekarang, aku ga pernah tau alasanmu kenapa mau dekat denganku.. walau sangat pengen tau, tapi karna melihat sikapmu yang selalu enjoy, aku jg mengurungkan niatku untuk tau itu. Ku coba menikmati  kebersamaan kita dan mengabaikan pikiran negative yg terkadang menyapaku tentang kedekatan kita. Dan itu berhasil, karna pada saat itu, bagiku kamu adalah yang terbaik yang ku kenal. Bersyukur sekali ketika aku bisa mengenalmu dan berbagi tawa denganmu. No sad diantara kita, always tawa. Aneh juga sih……
Waktu berjalan begitu cepat, ketika aku mendengar kamu lulus kuliah disemarang. Tempat yang sangat jauh dari kampung kita. Dengan teknologi yang masih terbatas, aku mulai merasakan segera kehilanganmu. Jika waktu itu, henpon atau fibi sudah ada, mungkin aku ga takut dengan kepergianmu. Dibalik itu, aku tetap mendukungmu dalam kesedihanku. Karna ku tau, itu bukti kalo kamu emang anak yang pintar, salah satu alasan ku kagum denganmu.
Didalam kenyamanan dan kekaguman itu, kamu tiba2 menghancurkannya seketika sebelum keberangkatanmu. Aku lupa itu hari apa dan tanggal berapa, tapi pastinya malam itu tinggal hanya ada aku dan kamu disana. Awalnya kamu nyuruh aku pulang, aku males. Pas aku mau pulang, kamu yang males. Akhirnya kita duduk2 menunggu sampe ada yang mengalah untuk pulang, bengoong!! Dan kamu masih asyik mengajakku untuk menikmati indahnya bulan malam itu. Yaps!!! Memang indah.. aku mencoba memandang bulan malam itu dan merasakan betapa hebatnya Sang Pencipta. Sambil diiringi keusilanmu yg selalu menggangguku dan terkadang mengejek2ku. J tiba2 kamu bergerak kearahku, duduk manis disampingku, memelukku dan menciumku. Aku berontak dan mencoba melawanmu. Tapi aku ga bisa!! Pelukanmu begitu erat dan tanganku juga ada dalam genggamanmu. Ku ingin berteriak, menangis dan memakimu saat itu. Tapi semua toh da terjadi. Aku hanya bisa diam dalam kemarahanku. Ingin membencimu dan sangat ingin mengeluarkan kata2 yang nggak pantas untukmu. Lagi2 aku bisa diam membisu. Malu dan amat malu ama diri sendiri, dan juga sama kamu. Mungkin kamu tak akan pernah tau apa yang kurasakan saat itu. Tidak ada ikatan hubungan, tapi kamu tiba2 melakukan hal itu samaku. Bahkan mengingat waktumu yang tinggal menghitung hari akan pergi jauh meninggalkanku. Ntah apa yang mendorongmu melakukan itu, dan itu akan menjadi teka teki bagiku seumur hidup. Apa karna sayang atau nafsu, bagiku itu tetap bullshit………. Hatiku hancur dimalam itu. Bahkan ketika kamu berkata ‘maaf’ itu ga mengurangi rasa kesalku pada diri sendiri. Menyesal kenapa ga cepat pulang, menyesal kenapa harus menikmati indahnya sinar bulan malam itu. Dengan tetap berjuang menenangkanku dalam pelukanmu, kamu mengantarku pulang.
Hari berganti hari, kebersamaan kita ga ada lagi. Aku ga sanggup ngeliat muka kamu, bahkan kalo kamu senyumi aku bila berpapasan dijalan, rasanya ingin memakimu. Karna senyumanmu seolah penghinaan bagiku. Haah.. kamu telah membuatku amat sensitive menjadi wanita. Keceriaanku hilang, tidak ada lagi tawa kita yang dulu. Kehidupan yang hening kita jalani bersama. Aku juga ga pernah tau, kamu pernah menyesal atau tidak telah melakukan itu samaku. Andaikan pemikiranku sudah sedewasa sekarang, mungkin waktu itu aku akan memberanikan diri menegormu dan meminta penjelasan samamu arti dari semua itu, tapi pikiranku yang masih remaja, hanya bisa membuatku terdiam dan jg tekad untuk tidak mau ketemu kamu lagi. Berungkali kamu mencoba untuk menemuiku, tapi kamu ga pernah berhasil. Karna aku punya banyak cara untuk ngelak dari kamu. Hingga sambaran petir disiang bolong menghentakkan lamunanku, ketika aku mendengar kabar kalo kamu da berangkat menuju kota barumu.
No kabar, no permisi, no kejelasan, no kejujuran, no ut semuanya, kamu pergi meninggalkanku dengan sejuta pertanyaan dan ketidak mengertianku. Kamu benar2 menyiksaku dan membuatku gelisah ga tentu. Dalam kesendirianku, aku membuat keputusan sendiri, tentang siapa kamu dan apa maksud dari yang sudah kita lalui bersama, dan juga tentang perasaanku. Terkadang aku meyakini kamu akan kembali untukku, kadang aku merasa, kamu hanya memanfaatkanku  diwaktu2 terakhirmu dikampung. Sering menyalahkan diri yang terlalu polos, dan bisa dibegoin ma kamu. Tapi kadang kupikir, kamu juga yang terlalu jahat samaku. L
Ternyata kepergianmu tidak hanya meninggalkan pertanyaan bagiku, tetapi  rasa kehilangan dihati, itu juga yang kurasakan. Aku mulai merasa kesepian dan kosong. Tiada kamu lagi yang menemani hari2ku. Hampa sudah! Sampai akhirnya aku menyadari, aku telah menyukaimu, tidak hanya sebagai teman dan pariban. Yaap.. aku telah menyayangimu sebagai seseorang yang istimewa dalam hidupku. Sangat menyedihkan ketika aku merasakan itu dalam kesendirian, tiada kamu lagi yang memahamiku dan setia mendengar tentang apa yang ku rasakan. Sangat beda yg kurasakan saat itu. Saat kamu ada, aku hanya merasakan kenyamanan tapi saat kamu pergi, aku merasakan kehilangan dan menyadari kasih sayangku yg sudah beda samamu. Bertolak belakang dengan kebiasaanku. *sadar menyayangi orang saat orangnya ada dan akan segera melupakan, bila orangnya telah pergi/ tidak bersama lagi* Kali ini beda amat….
Kamu yang sudah jauh, membuat hatimu juga semakin jauh dariku. Tidak pernah ada kabar, tidak ada komunikasi, seolah2 kita tidak pernah saling mengenal.  Bahkan bila teman2 kampung nanya kabarmu, aku tidak tau harus jawab apa. Sering aku menjawab: ‘aku tidak tau apa, dan jangan tanya tentang dia lagi yah’. Sedih hatiku, dan aku merasa klo kamu tak pernah menyisihkan waktumu untuk mengingatku. Dengan kota yang baru, suasana baru, teman2 baru, dan semua serba baru, bagaimana mungkin kamu punya waktu sedikit untuk memikirkanku. Hahh… aku mencoba ngelupain!
Setaun kepergianmu, aku mendengarmu kamu pulang. Waktu itu aku sudah kelas 3, saat masa2 aku PKL. Lama kamu pulang, qta ga jumpa2 juga. Kamu juga ga pernah mencariku. Pikirku, kamu benar2 sudah berubah dan ga mau tau lagi tentang aku. Tapi teman2 mengingatkanku, katanya aku yang sibuk PKL. Sometimes, kesempatan mempertemukan kita kembali. Kamu menyapaku dengan ramah, sama seperti awalnya aku mengenalmu. Seolah2 tidak terjadi apa2 dengan kita, kamu ngawur sana sini. Mulai ngajak jalan bareng dan mengajakku ntah kemana. Bila ada waktu, aku mau. Bila sibuk, ga bisa dong.. J aku mulai mengesampingkan kejadian dulu dan tentang perasaanku. Aku menikmati kebersamaan kita lagi, sama seperti awal sebelum kejadian itu terjadi. Ada tawa selalu. Aku sangat senang ketika kamu mencariku dimalam minggu dan mengajakku ketemuan, ‘n jalan bareng. Dan ga akan ku lupakan juga, ketika kamu mau menjemputku diacara 17an di tempat aku ikut upacara. Senang banget melihat kamu setia menungguku sampe acara selesai. Bahagia bisa jalan berdua ma kamu. Tapi kebodohanku juga sih waktu itu, kamu mau ngajak aku jalan, aku malah minta pulang. Huhhh… *bila waktu dapat diulang kembali, aku akan reguest banyak tempat untuk kita jalani. Biar bisa selalu bersamamu, sebelum kamu kembali ke kotamu*. Tapi tetap aja nasi sudah jadi bubur *klo bubur ayam, enak tuh.. J pastinya aku tetap bahagia hari itu. Malamnya juga kita ketemu lagi, esoknya juga bareng lagi, dan gitu trus deh… *senang ketika kamu berniat menjemputku pulang PKL, walaupun aku menolak. Hehehe*. Aku mulai menyisihkan  waktuku untuk bisa ketemu denganmu.
Malam minggu, saat kamu ngajak aku jalan bareng, menjadi malam terakhir kita ketemu hingga sekarang ini. Waktu itu kamu bingung mau ngajak aku jalan kemana. Ku coba reguest, qta pergi ke gereja aja ngeliat orang latihan koor. *bila ingat itu, bodoh ya ngajak dia kegereja liat2 orang*. Tapi karna aku nggak tau itu malam terakhir, ya aku bingung mau diajak kemana. Hehehe. Kamu mencoba menuruti keinginanku, dan kita jalan deh.. diperjalanan aku melihatmu agak gelisah, selalu memanggil namaku dan seolah2 ingin ngomong sesuatu. Aku Tanya kenapa, kamu jawab gapapa. Itu berungkali.. sampe akhirnya aku kesal, dan sedikit membentak bilang: ‘abang mau ngomong apa? Kalo mau ngomong, ngomong saza. Ga usah segan2, macem baru kenal saya saja’. Akhirnya kamu terdiam. Aku juga jadi merasa bersalah da galak sama kamu. J
Keasyikan jalan, tiba2 kamu menggemgam tanganku, membuat langkahku terhenti tapi denyut jantungku nggak karuan. Kamu memelukku begitu lembut <tdk seperti dl lg>. Tiba2 aku merasakan eratnya hati kita waktu itu, damai banget rasanya ada dalam pelukanmu. Lama kamu diam menikmati keheningan itu, dan aku juga ikutan diam dalam dekapanmu yang hangat. Sampe akhirnya kamu berkata: ‘dek, aku da mau balek ke semarang hari selasa, dan aku ga yakin bisa ketemu kamu lagi sebelum hari itu. Aku jg ga bisa menemanimu jalan hari minggu’ aku melihat kesedihan diwajahmu. Dag dig dug, jantungku merasa capek dan lemah! Aku mencoba tenang dan jawab: “kog tiba2 pulangnya? Lagian kan masih ada minggu dan senin, kenapa ga bisa ketemu lagi?’ jawabmu lagi: ‘banyak mau ku urus beberapa hari ini, harusnya aku balek 2 minggu lagi. Tapi karna sesuatu hal, aku harus balek secepatnya. Aku masih mau ke Jakarta dulu. Tapi aku tetap usahakan bisa ketemu kamu lagi. Kalo pun ga bisa jumpa, aku da permisi kian yah. Aku ga mau seperti dulu lagi, pergi tanpa pamit”. Aku juga jadi diam dan amat diam. Dia akan pergi saat aku menikmati kebersamaan kami lagi. Walaupun sampe saat itu tidak ada kejelasan tentang hubungan kita, aku ga peduli lagi. Karna aku pikir, akan ada waktu yang tepat untuk ngomongin itu semua. Ternyata tidak! Karna tiba2 kamu akan kembali kesana. Tidak ada lagi kesempatan untuk bicarakan tentang kita.
Sakit dan takut akan kehilangan kamu, itu yang kurasa saat itu. Kamu mencoba meninggalkan no telp kosmu dan alamatmu disemarang. Biar nanti kita bisa komunikasi lagi bila kamu da kembali disana. Tidak seperti dulu lagi, hilang komunikasi diantara kita dua.. dan memang, kita benar2 ga bisa lagi ketemu. Kamu pergi dalam kedamaianmu dan aku dalam keikhlasanku. Saat itu, aku semakin yakin dengan perasaanku. Dan aku juga merasakan, klo kamu memiliki rasa yang sama denganku. Saat itulah aku berjanji untuk mempertahankan rasa ini sampai kapan pun, dan menetapkan bahwa kamu lah yang terbaik untukku. Aku mulai membawakannya dalam doaku kepada Tuhan, dan ku yakinkan semuanya padaNya. Walau nggak ada kejelasan dari kamu, aku menjelaskannya sendiri kepada Tuhan. Aku jujur  tentang perasaanku sama Tuhan. Waktu terus berjalan dan aku tetap bertahan dalam perasaanku. Walau ada cwo lain yang mendekatiku, aku cuek dan ga mau tau. Selalu menjawab dalam hatiku: ‘aku sudah punya pilihan”. Pernah aku mencoba menelpon ke kosmu, ternyata aku terlambat. Seminggu sebelumnya kamu da sudah pindah kos, dan yang punya ga tau kamu pindah kemana. Kerinduan yang ga terobati, ga membuatku goyah. Aku tetap dalam keyakinanku…
Lama dan lama, aku mulai mendengar kabar tentangmu beredar di kampung. Katanya kamu da  ga kuliah lagi, dan sekarang da jadi polisi *profesi yg amat ga kusukai. Aku ga percaya waktu itu, karna kamu ga pernah cerita hal itu ke aku. Aku yakin, kamu akan cerita sendiri ke aku bila ada sesuatu yang terjadi dalam hidupmu. Eng ing eng,, aku salah! Dan kabar itu yang benar. Walaupun da tau kebenarannya, aku tetap pura2 ga tau dan menganggap kamu masih kuliah. Dan itu ga menggoyahkanku untuk setia dengan perasaan ini. Tetap bertahan sampai aku da kuliah, walaupun sejak kepergianmu, kita tetap ga ada komunikasi lagi. Kamu menghilang bagai ditelan kesibukan. Setiap orang yang kutanya, mereka bilang tidak tau apa2 tentang kamu. Ku cari kesana sini untuk bisa komunikasi dengan mu, tetap hasilnya nol. Ku Tanya adekmu, katanya dia ga tau juga tentang kamu, ga tau jg no telpmu. Aku percaya aja karna menurutnya klen ga terlalu dekat saat itu. Akhirnya ku hanya bisa bertahan di dalam doaku.
Sampe adekmu mulai mengganggu kehidupanku. Dia yang tidak tau perasaanku ke kamu, malah amat menyukaiku diam2 selama ini. Terkejut dan heran ketika adekmu jujur tentang perasaannya ke aku. Aku menjawab tidak untuk rasa dia waktu itu. Dia Tanya kenapa, aku jawabnya ga kenapa2. Dia mendesakku trus untuk jujur untuk alasan yang pasti. Akhirnya aku menjawabnya: ‘karna aku suka ma abgmu, bukan kamu, L’. Dengan keterkejutannya, dia balek nanya: “hahh? Kog bisa? Trus si abang tau tentang perasaanmu?” aku jawab: “dia tidak perlu tau itu”<walau dalam hati aku berteriak, bagaimana ia bisa tau,  dia aja da menghilang dan  ga mau tau lagi tentangku>.. dan adekmu pun mengiyakannya.
Ku pikir dia akan mengerti dan mundur, ternyata tidak!! Dia tetap berjuang merebut hatiku, dengan alasan: “klo toh kamu ga mau siabang tau tentang perasaanmu, kenapa aku harus berhenti? Aku akan berjuang untuk membuatmu melupakan abg” tanpa bisa menolak aku jawab:”terserahmu,, tapi aku ga pernah janji apapun ke kamu”. Itu awalnya aku semakin dekat ma adekmu. Dia mulai mengisi hari2ku <walau kita dit4 yang berbeda>. Dia bercerita banyak hal tentang kehidupannya yang kelabu, yang akhirnya bisa menarik simpati dariku. Walau hatiku tidak ada rasa untuk dia, tapi ketika mendengar liku kehidupannya, aku merasa dia memerlukan perhatian yg extra yang mungkin aku bisa memberikannya. Aku mulai peduli ke dia, dengan tujuan untuk menolong dia bangkit dari keterpurukannya. <<ini yang menjadi motivasi awalku mau dekat dengan dia, yang siapapun tidak akan pernah ada yang tau>>. Semua orang menganggap perhatian itu karna aku cinta dia, bahkan sampe orang meragukanku klo aku da kena pellet ma dia. Huhaaa….. ada saza yah!! Sampe dia kembali ke kampung, itu membuat kita semakin dekat.  Semakin sering bersama dan lalala… tapi dia jg sering singgung tentang kamu, apa aku masih menyimpan rasa yang seperti dulu. aku jawab “masih”.  Sampe dia nekat mau menghubungi kamu untuk memberitahukan semua tentang perasaanku. Tapi selalu melarangnya..  aku memang sakit dalam kondisi itu, tapi terlebih adekmu lah yang paling merasakan sakit. Akhirnya aku mulai membuka hati untuk dia, dan aku merasa mulai punya rasa untuk dia<<mengabaikan perasaanku ke kamu yg ga pasti>>, tapi itu ga membuatku bisa menerima dia. Karna perasaanku ke kamu, masih lebih besar.  Resminya aku ga pernah pacaran ma dia, aku hanya menjalani suatu hubungan tanpa ikatan. Dan herannya, dia ga pernah menuntut ikatan apapun denganku. Ketika dia bertanya, mau pacaran denganku, aku selalu jawab: “aku ga bisa”. Alasanku tidak, itu total bukan karna kamu lagi, tapi ada sesuatu yang ga bisa ku jelaskan yang hanya aku dan Tuhan yang tau. Tapi adekmu selalu mencurigaiku, katanya klo aku masih suka sama kamu. Aku selalu terkejut klo dia da selalu mengingatkanku tentang kamu dan perasaanku, padahal aku merasa sikapku tidak lagi menunjukkan sikap dalam kesetiaan yang menunggumu. Ketika aku minta nomor kamu dari dia, dia maksa aku untuk  jujur apa masih sayang atau ga ke kamu. Dengan kepolosan, aku jawab: “bukan, aku hanya ingin memiliki hubungan yang baik ma dia. Bila perlu, aku ingin ceritakan tentang kita ke abgmu”.. hampir setiap saat dia mencurigaiku akan hal itu, bahkan saat aku uda ga dekat lagi ma dia, dia sering menanyakannya juga. Huuhhffff………….
Adekmu pernah punya statement yang menyakitkanku, dia bilang: “bagiku, kalian dua adalah orang terbodoh yang pernah ku kenal. Kamu suka ma dia, tapi kamu ga mau dia tau tentang perasaanmu. Padahal aku tau, klo abg juga suka samamu. Aku pernah memperhatikan dan mempelajari sikap dia mengenai kamu, dari situ aku tau klo dia jg pernah suka sama kamu. Tapi semua ini salah klen dua, aku ga akan membelamu dan juga membela dia. Intinya kamu jangan pernah menyesali semua ini” Oh my God…… benarkah Itu Tuhan? Tanyaku dalam hati…..
Itu sudah lama berlalu, 7 tahun 2 bulan yang lalu aku terakhir komunikasi baik denganmu. Selama ini aku selalu ingin memperbaiki hubungan kita walau sebatas teman, tapi kamu selalu menghindar dariku. Sampe terkadang membuatku salah tingkah ma kamu, kadang aku ingin ngerjain kamu J dan usilin kamu. Kadang juga kesal liat cuekmu, kadang aku kangen juga, kadang marah, kadang merasa bersalah. Intinya aku jadi serba salah ma kamu. L. Ingin menyelesaikan masalah hati dan memperjelas semuanya ke kamu, tapi toh kamu ga pernah mau tau. Kamu bagaikan ga menganggap aku pernah ada, dan pernah ketawa denganmu, dan kenangan yang sudah kita lewati bersama. Sakit juga sih yang selalu kurasa. Tapi aku ga pernah menyesalinya. Ketika aku semester 3 or 4 *lupa* ada sms masuk ke hapeku, isinya: “maafkan aku atas kepecundanganku selama ini. Aku bukan yang terbaik untukmu. Ku harap kamu menemukan yang terbaik” itu aja, no nama. Saat itu aku meyakini, klo itu sms dari kamu. L. Aku balas: “ni sapa, dan kenapa kamu merasa jadi pecundang? Ga da yang sempurna”, balasannya hanya: “aku berharap kamu bisa melupakanku”. Setelah ku cari tau, ternyata benar klo itu nomor kamu. Hatiku sangat sedih waktu itu…. Kamu membuatku makin terluka.
Aku ga ingin menuntutmu untuk menjalin hubungan special/pacaran denganku, aku juga ga akan memintamu untuk menerimaku dan mencintaiku, aku ga akan memohon kamu untuk peduli dengan perasaanku. TIDAAK……….. karna mungkin bukan kamu yang menjadi pilihan Tuhan untuk mendampingiku, *sudah berbeda jauh dengan keyakinanku  7 tahun yang lalu*. Aku hanya ingin menyelesaikan ketidakjelasan diantara kita, kita bisa jujur sejujurnya, sama2 mengakui kesalahan masing2, dan saling memberi maaf. Ku rindu bisa tertawa lagi denganmu, dan ingin curhat samamu tentang kehidupan yang kujalani selama ini. Tiap akhir tahun aku selalu menunggumu pulang. Tapi penantianku selalu sia2, karna kamu tidak pernah datang!! Ntah karna kesibukan atau menghindar dariku, yang pasti aku selalu menunggumu.
0.5 bulan lagi, umurku genap sudah 25 tahun(0.25 abad). Tuntutan tentang teman hidup juga semakin mendekatiku. Orang2 yang selalu setia mencintaiku juga tetap dalam penantiannya akan kejelasanku. TAPIIII… aku baru menyadari, klo aku belom bisa ngelupain tentang kamu. Belum bisa mengiklaskan apa yang sudah kita lewati selama ini dan hubungan kita yang sudah berantakan  ini. Masih sulit menerima seseorang mengisi hatiku tanpa bayang2mu. Hari ini aku berdoa kepada Tuhan: “Tuhan dekatkanlah aku dengan pendamping hidupku pilihanMu, karna aku sangat takut jatuh dalam hal memilih teman hidup. Tolong buang bayangan dia dari pikiranku. Itu sudah cukup lama berlalu, kenapa harus menghiasi dunia hayalanku lagi? Padahal aku tau, klo itu ga akan pernah terjadi lagi.. God,, cukup sudah membatasi langkahku selama ini..” tangisku..
Hai si KAMU, masihkah engkau tetap tidak mau peduli????????????